Ini adalah kedua kalinya saya membuat bika ambon. yang pertama, sukses bantet. gak ada sarangnya sama sekali. setelah kejadian itu, kapok ga mau bikin lagi. Hati saya kurang tabah untuk menerima kegagalan saat itu *lebay bin alay*- sebel banget rasanya udah ngarep2 makan bika ambon, eh..hasilnya bantet. resep yang saya pakai waktu itu resep dari sini. Gak tau juga letak kesalahannya dimana sampai bika ambon saya asli bantet tet.
Kali ini memberanikan diri mencoba lagi, dengan resep dari NCC (Fatmah Bahalwan). Setengah resep saja (boros telur, euy). Sampai bela-belain kupas kelapa sendiri dengan martil, demi mendapatkan air kelapa untuk membuat biangnya. Dan sebelum mulai, bolak-balik baca tips sukses pembuatannya.
Sebenarnya saya membuatnya di loyang oval kecil-kecil. tapi kejadian sama ternyata berulang lagi. bantet. untungnya tidak seluruh adonan saya tuang di loyang kecil tersebut.
Awal bertemu resep ini gara2 beli belut laut. Padahal ga tau mau dimasak apa nantinya. Penasaran aja ngeliat muka seremnya, plus ukurannya yg super duper guede. Kata penjualnya sih, belut enak di-braten alias digoreng aja. Hmm..browsing sana-sini, dapat info kalau belut ini agak amis. Kalau diendus-endus, memang sih bau amisnya lebih tajam dari ikan biasa. Akhirnya sampailah pencarian di www.fishyforum.com. Kebetulan ada yang
Akibat salah perhitungan saat belanja bahan untuk acara ulang tahun anak di bulan Januari, ternyata di lemari masih tersisa 2 kaleng jeruk mandarin. Kebetulan di buku resep Sedap (90 menu rantangan favorit untuk sebulan) ada resep ini. Berhubung di sini tidak ada sirup markisa, akhirnya diganti dalam bentuk jus markisa (Grenadine).
Hasil akhir sebenarnya agak kurang memuaskan, karena lapisan atas dan bawah kedua puding ini tidak saling melekat. yah, mungkin karena jeda pembuatan lapisan I dan II agak lama. Bolak-balik banyak
Pertengahan tahun lalu, bahasan resep ini ramai di milis NCC. Pingin nyoba, tapi saat rasanya belum pernah ketemu dengan kopi sachet 3in1, jadinya bahan itu dilewatkan.
Percobaan pertama saat itu gagal di bagian pembuatan motif polkadot. Berhubung konsistensi adonan sangat encer, saat menuang adonan coklat dengan plastik segitiga, hasilnya malah bleber. Diganti dengan botol penuang adonan poffertjes, sama saja. Kecewa, deh.
Ini kedua kalinya sy bikin onde2. resepnya dari majalahj sedap. yg pertama sih onde2 standar yg kacang ijo saja. sebenarnya sih ga sulit, hanya saja krn harus melalui beberapa proses, menyiapkan isi, membentuk, memberi wijen, baru digoreng, jadinya memang bikin males, ya. lebih enak beli jadi, trus tinggal dimakan deh *duh, jd kangen jajanan indonesia :( *
Hampir setiap mudik ke Jakarta, kami selalu menyempatkan makan soto kudus di daerah By Pass (DI Panjaitan). Rasanya enak, hanya saja porsinya yang cuma seukuran kobokan cuci tangan tidak sebanding dengan harganya. Suami setiap makan di sana, bisa menghabiskan 3 mangkok, plus nasinya. Deuh..
Kalau bikin sendiri, dia hanya menghabiskan 1 mangkok *besar* + 2 piring nasi..
Saya menggunakan resep ini setelah berhasil menemukan kluwek di Köln. Sebelumnya saya menggunakan bumbu instan rawon merk In*****d. Wow..ternyata memang ngga ada yang bisa mengalahkan rasa masakan dengan bumbu fresh. Kami sekarang ngga mau lagi makan rawon pake bumbu instan. :))
Sudah mencoba berbagai macam resep martabak manis, dengan hasil bervariasi, akhirnya dapat juga resep yang paling sesuai selera saya.
Cetakan/penggorengan yang saya pakai adalah Happy Call *hasil malak punya Bapak*. :D Sebelumnya saya pernah memakai cetakan martabak manis yang dibawa dari Indonesia, tapi hasilnya mengecewakan.
Salah satu favorit saya dari H**a-H**a Bento. Hanya saja, rasanya memang berubah setelah tersertifikasi halal. Hmm..jangan, dulu itu yang bikin 'lain' itu angciunya. Ah, ga tau deh..
Resep didapat melalui googling.
Karena hanya dikonsumsi keluarga, maka saya cukup menggunakan 1/3 resep. Saya menggunakan cetakan muffin mini. Isinya ngga bisa penuh-penuh sih. Tapi bentuknya jadi manis seperti finger food.
Resep ini ala Köchin Cornelia Poletto (Polettos Kochschule/NDR Fernsehen). Wiener Schnitzel yang sebenarnya memang menggunakan daging sapi muda (Kalb). Kalau kemudian di restoran ada yang dibuat dari daging babi, sebenarnya itu adalah Schnitzel ala WIener. Jadi, hati-hati membacanya.
Pertama kali mencicipi masakan ini saat menghadiri undangan makan siang rekan suami yang berasal dari Aljazair. Ternyata rasanya enak.. Mirip kare. Apalagi bila dimakan dengan Fladenbrot. Langsung deh minta resepnya..