Cetakan kue lumpur yang saya pakai ini sebenarnya sudah saya miliki sejak awal kedatangan saya ke Jerman. Iya, cetakan ini ikut terbang bersama dengan kepindahan saya ke sini. Awalnya saya berharap, dengan cetakan ini kerinduan akan kue tradisional Indonesa nantinya akan bisa saya atasi. Namun alangkah
kecewanya saya begitu mengetahui bahwa kompor di apartemen yang kami tinggali ternyata adalah kompor listrik. Tentu saja cetakan dengan bagian bawah berlekuk-lekuk seperti ini tak akan pernah bisa dipakai di atas kompor listrik.
Pernah saya nekat untuk mencoba memakainya di kompor listrik karena saya pikir toh bagian bawah cetakan ini tidak melengkung sempurna seperti cetakan carabikang. Masih ada bagian datarnya, jadi mestinya bisa juga dipanaskan. Halah, ternyata semua cuma teori. Jangankan kuenya matang, panas saja tidak.
Pernah juga saya akali dengan cara memanggannya di dalam oven dengan api bawah. Kuenya memang bisa dimakan. Tapi penampilannya kurang cantik karena tak ada efek gosong di bagian bawah kuenya. Alhasil setelah itu, cetakan saya bertahun-tahun mengganggur di dalam lemari.
Beberapa bulan lalu, tiba-tiba saya terpikir untuk membeli kompor gas meja (gasnya di dalam kaleng kecil). Kalau ada itu, bukankah cetakan saya bisa dipakai? Bahkan saya pun jadi tidak punya halangan lagi untuk memiliki cetakan kue jenis lainnya. Hahahaha...
Setelah sempat tarik ulur argumen dengan suami, akhirnya kompor itu pun saya miliki. Dan ternyata benar, kaaaan.. cetakan saya jadi bisa dipakai lagi. Yeaaay...
Memang sih bawahnya tetap perlu dialasi jaring supaya tidak goyang. Tapi yang pasti cetakannya sudah bisa digunakan kembali.
Nah, setelah berhasil membuat kue lumpur ternyata timbul godaan baru. Dilihat-lihat, kok cetakannya tipis sekali ya. Jadi cepat panas, kue gampang gosong padahal belum matang. Saya jadi teringat sewaktu kursus kue tradisional di markas NCC, cetakan kue lumpur milik bu Fat bagus sekali. Bahannya tebal, dasarnya rata. Waktu itu bu Fat sempat bilang bahwa beliau beli cetakan tersebut di pasar senen. DI toko ABC kalau tak salah. Saat itu saya tak tertarik untuk membeli. Lah wong kompor apinya juga tak punya.
Berhubung saat ini sudah punya kompor api, jadi ingin punya macam-macam cetakan, deh. Kebetulan, saat niat itu datang, ternyata ada suami kawan baik saya yang akan berkunjung ke Jerman. Pucuk dicinta ulam tiba..
Akhirnya berbagai cetakan lain yang saya beli secara online dari Mojokerto pun saat ini telah tiba dengan selamat di tempat tinggal kami. *terima kasih ya, Wira & Thia :)*
Kembali ke kue lumpur. Resep kue lumpur ini saya pilih yang langkahnya paling praktis dan saya ambil dari buku Aneka Jajanan Pinggir Jalan keluaran Sedap Sekejap.
Bahan:
60g margarin
250ml air
150g tepung terigu protein sedang
1/4 sdt vanili bubuk
125g gula pasir
1/4sdt garam
100g kentang, dikukus, dihaluskan
4 butir telur
350ml santan dari 1 butir kelapa
Taburan:
30g kelapa muda, dikeruk panjang
25g kismis
Cara:
1. Panaskan margarin, air dan garam sambil diaduk sampai mendidih. Masukkan tepung terigu, aduk sampai kalis.
2. Tambahkan kentang, gula pasir dan vanili. Aduk rata. Angkat dan dinginkan.
Tambahkan telur satu per satu sambil dikocok perlahan.
3. Tuang santan sedikit-sedikit sambil dikocok rata.
4. Tuang adonan di cetakan lumpur yang sudah dipanaskan dan dioles tipis margarin. Biarkan sampai setengah matang. Tabur kismis dan kelapa muda. Tutup. Biarkan sampai matang.
No comments:
Post a Comment