Sunday, November 4, 2012

Putu Bambu


Bila membicarakan putu bambu, sudah pasti yang teringat adalah bunyi khas yang keluar dari kukusan yang dibawa oleh penjual kelilingnya. Entah apakah sekarang masih bisa ditemui tukang putu bambu keliling seperti dulu.
Niat untuk membuat putu bambu ini muncul baru-baru saja.  Awalnya saat saya browsing tentang kue tradisional Indonesia. Pengetahuan dan kemampuan membuat kue-kue tradisional Indonesia ini memang penting bagi saya, mengingat belum banyak orang Jerman yang mengenal kue atau makanan Indonesia. Padahal kalau sudah sekali mencoba, biasanya mereka suka dan ingin mencoba yang lain lagi. Ini sudah terjadi pada rekan2 kerja suami dan kawan2saya di  tempat kursus bahasa Jerman. Komentar mereka sama saat mereka saya bawakan lemper, sentiling, sosis solo, bolu kukus, dll, yaitu enaaak. Bahkan ada rekan suami yang berniat memesan & membeli sentiling dari saya.
Kembali ke putu bambu, niat membuat putu terganjal oleh tak tersedianya alat untuk membuatnya. Belum lagi tentang cara pembuatannya. Ternyata ada 2 versi, yaitu dikukus sebelumnya dan yang tidak.


Nah, saat browsing sampailah di blognya mba Aprilisa dan mba Diana Pratiwi. Ternyata untuk masalah cetakan ada jalan keluarnya. Baik cetakan talam maupun lontong, keduanya saya punya. Tertarik dengan tepung putu poddi yang dipakai oleh mba Diana, saya niatkan untuk mampir di 2 toko India yang saya tahu di kota ini. Di toko 1 yang terletak di Zentrum, ternyata adanya hanya tepung putu yang berwarna coklat. Beruntung, ternyata yang berwarna putih ada di toko yang satu lagi. Bahkan toko yang ini relatif lebih lengkap dibanding sebelumnya. Putu ala India dibuat dengan alat khusus (putu maker/putu kudam). Nantinya putu ini dimakan dengan masakan, berbeda dengan putu indonesia yang termasuk cemilan manis. 


Resep yang saya pakai untuk pembuatannya, saya ambil dari wesite produsen tepung ini. Perbandingan antara tepung dan air = 2:1. Ternyata pembuatannya tidak semudah yang saya kira. Saat memasukkan isian gula merah ke dalam putu yang dicetak di cetakan lontong, wohooo..sulitnya minta ampun. Jelaslah, ukuran lontong kan lebih panjang daripada putu. Akhirnya karena lelah, saya cetak saja putunya di dalam cetakan kue talam. 
Saat mengukus, jangan lupa alasi tutup kukusan dengan lap. Untuk kelapanya, saya gunakan kelapa parut kering.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...