Sudah lama ya, blog dibiarkan menganggur. Sejak akhir bulan Februari lalu saya memang melanjutkan kursus bahasa Jerman. Akibat kursus tersebut, kesibukan saya di rumah pun bertambah dengan adanya pekerjaan rumah bawaan kursus, terutama menulis. Menulis teks dalam bahasa Jerman memang paling menyita waktu saya, ditambah lagi sempat ada tugas presentasi, juga dalam bahasa Jerman. Selain urusan PR tersebut, selama 2 minggu di awal bulan April, bertepatan dengan Osterferien (libur paskah) di sini, kami sekeluarga pun berkesempatan 'berlibur' ke tanah suci. Nah, sepulangnya dari sana, saya justru makin disibukkan dengan tumpukan cucian dan setrikaan. Fiuuuh...
Meskipun capek, tapi hati ini senang karena berkesempatan melihat 'sisi lain kehidupan' yang 'homogen' dan 'friedlich. :)
Perjalanan kami kali ini tentu saja berbeda dibandingkan perjalanan haji tahun lalu. Selain karena putri kami turut serta, suasananya juga jelas jauh berbeda. Suasana kota Makkah dan Madinah kali ini tentunya tidak sepenuh saat musim haji dan kesempatan saya untuk 'memelototi' dan mencicipi beberapa jajanan di sana lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Tidak hanya itu, saya pun membawa serta bumbu2 masak dari sana, misalnya seperti ini:
Berhubung membawa anak kecil, pastinya perjalanan kali ini diisi juga dengan sesi jajan2, bahkan termasuk beli beras. Meskipun di Arab Saudi makanan berbahan nasi ditemukan dimana-mana, namun nasinya sudah berbumbu dan berminyak. Favorit putri saya memang nasi putih, plain. Itu sebabnya perjalanan kali ini kami pun turut membawa serta rice cooker. Berasnya sebenarnya tidak sesuai dengan harapan saya. Beras yang saya dapatkan hanya tipe Basmati yang panjang2 atau malah buntet2. Dimasak dengan takaran beras biasa, hasilnya lembek seperti bubur.
Segala jajan2an tersebut biasanya kami beli di Bin Dawood, yaitu salah satu swalayan yang ada di sana. Sebenarnya harga2 di sini lebih mahal dibandingkan di warung2 atau toko2 kelontong pinggir jalan. Hanya saja di kalau belanja di Bin Dawood kami bisa mendapat bonus ngadem dengan ACnya. Saat perjalanan kami, suhu di Arab Saudi siang hari berkisar 30-35 derajat C saja :).
Segala jajan2an tersebut biasanya kami beli di Bin Dawood, yaitu salah satu swalayan yang ada di sana. Sebenarnya harga2 di sini lebih mahal dibandingkan di warung2 atau toko2 kelontong pinggir jalan. Hanya saja di kalau belanja di Bin Dawood kami bisa mendapat bonus ngadem dengan ACnya. Saat perjalanan kami, suhu di Arab Saudi siang hari berkisar 30-35 derajat C saja :).
Di posting saya sebelumnya tentang perjalanan haji tahun 2011, saya sudah membahas tentang Shawarma, termasuk sudah pernah membuatnya. Nah, kali ini untuk mengembalikan memori bagaimana lezatnya Shawarma, hampir setiap makan siang, makanan inilah yang selalu saya pesan.
Bahkan di perjalanan dari Madinah menuju Makkah, saya berkesempatan mencicipi lagi Shawarma yang dijual di Emmy's. Padahal untuk memesan makanan di Emmy's, harus bersaing dengan antrian mobil2, plus pengemudi yang lelaki semua. Ya iyalah, Emmy itu kan kedai makanan Drive Thru.
Bila saya sedang ingin berganti variasi jajanan makan siang, menu nasi ikan menjadi pilihan saya. Menu nasi ikan terdiri dari nasi yang sudah dimasak ala nasi Arab yang kaya bumbu, didampingi dengan fillet ikan panggang yang juga sudah diberi bumbu khasnya. Pilihan lainnya adalah ayam goreng seperti KFC, namun produk lokal dengan nama Al Baik dengan berbagai variannya. Varian di sini maksudnya adalah tiruannya. Heheh... Al Baik yang asli bergambar anak ayam dengan topi tinggi. Soal rasa sih, beda tipislah..
Bagaimana dengan makanan yang disediakan oleh biro perjalanan? Berhubung biro perjalanannya ini sama dengan yang kami gunakan untuk perjalanan haji, jadinya menu makanannya pun sama.. Turki abis..
Dengan
warna dasar merah tomat dan rasa yang menurut lidah saya perpaduan
asem-anyep. Selain Döner dan Linsensuppe yang biasa saya beli 1-2x/bln
di Imbiss sini, ya tentu saja lainnya bukan selera saya. Apalagi kalau
harus dimakan 2x sehari selama 2 minggu..
Oleh2 yang tak boleh terlupakan dari Arab Saudi tentu saja kurma, terutama kurma Ajwa atau kurma Nabi. Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari & Muslim, Rasulullah bersabda, barang siapa yang makan pagi dengan tujuh butir kurma Ajwah, maka tak akan mencelakainya racun dan sihir dihari itu.
Kurma Ajwa sebaiknya dibeli di Madinah. Harga perkilogramnya bervariasi antara 80-120 riyal (15-25€/kg).
Nah.. dari sekian oleh-oleh tersebut, yang paling fenomenal adalah KOPI ARAB , sodara2.. :)) Setiap kali cerita tentang kopi ini, saya dan suami tak berhenti2 tertawa. Tentang adanya kopi arab ini kami ketahui dari saudara suami saya. Alhasil karena penasaran, belilah kami sekotak kopi arab isi 4 sachet, masing2 untuk 5 cangkir. Kami membelinya khusus di toko kopi, sehingga sebelumnya kami mendapatkan Beratung alias penjelasan tentang perbedaan 3 kemasan kopi arab yang dijual. Ada 3 kemasan, coklat, abu2 dan hitam. Menurut penjualnya, perbedaan terletak pada isi dan kekuatannya. Kopi arab yang sebenarnya adalah kopi yang dicampur rempah2, seperti safran, kardamon, dll. Nah dari ketiga kemasan tersebut, 2 bercampur rempah dengan 'kekuatan' sedang dan kuat, sedangkan yang 1 kemasan lagi tanpa rempah.
Pilihan kami jatuh pada kopi arab dengan kekuatan sedang. Kopi itu akhirnya kami suguhkan pada acara pengajian bapak2, yang kebetulan bersamaan dengan acara grillen di tempat kami.
Satu sachet kopi dilengkapi dengan sachet kecilnya. Kopi disiapkan dengan cara merebus sachet yang besar dengan 1 L air di atas api kecil selama 30 menit, lalu dicampur dengan isi sachet kecil yang sudah dituang lebih dulu di termos. Saat merebus, saya sudah mulai curiga dengan aroma yang tidak biasa. Bukan aroma kopi yang tercium, melainkan bau jamu yang sedang direbus. WArnanya pun kehijauan. Kecurigaan saya tepis. Saya pikir, sachet besar itu memang berisi rempah-rempah. jadi wajar saja kalau baunya pun bau rempah. setelah 30 menit dan sudah dicampur dengan isi sachet kecil, bau harum kopi pun tak juga tercium. Penampilan dan aromanya persis jamu. Belum lagi ditambah ampasnya. AMpas ini menurut aturan yang tercantum di sachet memang tidak boleh disaring. Ya sudahlah.. Akhirnya disuguhkanlah kopi tersebut kepada bapak2. tentu saja komentar dan celetukan mereka bervariasi. :)
Setelah tamu2 pulang, saya dan suami ngobrol2. Tak sadar waktu sudah hampir tengah malam, saya pun mengantuk. Suami saya bilang, 'aneh, kok saya gak ngantuk ya'. Menurut saya, itu akibat efek kopi yang dia minum. suami saya menjawab, 'gak mungkinlah, biasanya juga minum kopi ya minum, ngantuk mah tetep aja'. Eh, belum tentu, ini kan kopi arab, lengkap dengan rempahnya,' jawab saya lagi.
Esok harinya, melalui pembicaraan telepon dengan istri salah seorang bapak yang turut mencicipi kopi, ternyata bapak tersebut pun tak bisa tidur sampai pagi. SEtelah ditanyakan sana-sini, ternyata bapak2 lainnya pun mengalami hal yang sama. Hahaha... ternyata kopi arab memang mujarab sebagai obat anti ngantuk..
alhamdulillah.. saya jadi salah satu saksi yang kecipratan oleh-olehnya, hehe
ReplyDeleteeh, iya.. kopi arab-nya saya belum ngerasain, tapi katanya bener-bener bikin nggak bisa tidur, mungkin karena rempahnya yang juga ditujukan untuk maksud yang lain...
ReplyDelete