Sunday, July 3, 2011

Sop Buntut


Akhirnya kami bisa dengan rutin makan sop buntut di sini. Awalnya agak sulit mencari penjual buntut sapi di sini. Mungkin memang orang sini tidak tahu cara memasaknya. Pertama kali kami berburu buntut sapi ini kira-kira 2 tahun lalu. Itu pun karena suami sedang kangen sop buntut hotel Borobudur, yang memang sudah terkenal, dan menurutnya amat sangat enak. Di toko yang menjual daging halal, kami selalu menanyakan apakah mereka menjual buntut sapi (Rindschwanz).
Jawaban mereka pun seragam, yaitu 'tidak', tapi disertai dengan pandangan heran. Heh? Schwanz?. Satu hari suami pulang membawa buntut sapi. Lho, kok bisa? Ternyata suami khusus memesan pada teman kantornya yang memiliki kenalan tukang jagal sapi. Sapi tersebut dibeli dengan harga sangat murah, yaitu 2 Euro saja untuk 1 buntut berukuran sedang. Nah, karena tidak enak kalau harus meminta tolong temannya itu, perburuan buntut kami lanjutkan. Eh..alhamdulillah pada suatu hari, tukang daging di toko turki dekat tempat tinggal kami mengatakan bahwa kami bisa memesan pada dia, nanti akan dia bawakan pada hari Jumat atau Sabtu. Senangnya hati kami membayangkan akan makan sop buntut lagi. Pada hari yang dijanjikan, memang buntutnya dibawakan. Tapi ukurannya kecil sekali. Mungkin buntut anak sapi. Oalah..akhirnya dengan berat hati kami tolak. Kami menginginkan buntut yang besar. Akhirnya pada hari berikutnya, memang dibawakan 1 buntut besar dan dihargai olehnya 2€ juga. Setelah transaksi tersebut, kami cukup rutin memesan. Bahkan kalau kebetulan saya tidak sedang ingin beli, tapi tukang daging itu melihat saya, dia akan memanggil dan menawarkan buntut itu. Jual dedet alias jual maksa. Kalau sedang ada 2 buntut, saya akan dibujuk untuk beli. ya sudahlah, dibeli pun tak apa. 
Eh..tapi kok lama kelamaan harganya makin naik. Dari mulai 2€/kg (bukan per buah), lalu jadi 4€/kg , dan terakhir saat ini 6,99/kg. Unglaublich.. Mungkin memang buntut ini makin banyak peminatnya, terutama di kalangan orang Indonesia yang tinggal di sini. Sekarang pun buntut tersebut tidak dijual lagi berdasarkan pesanan, tapi sudah ditaruh di etalasenya lengkap dengan etiket nama dan harga. Perubahan harga ini pun terjadi pada otak sapi yang baru sekali kami beli. Awalnya hanya berharga 2€, dipajang saja di etalase tanpa nama, eh..sekarang harganya sudah 4€/kg. Pedagang..oh pedagang..
Nah, karena harga buntut sapi sekarang sudah sama dengan harga daging sapi, kami pun jadi jarang membelinya. Sudah 6 bulan lebih rasanya saya tidak masak sop buntut. Akhir pekan lalu saat belanja dengan suami, dia nyeletuk bahwa dia sudah lama tidak makan sop buntut. Akhirnya buntut sapi kami beli lagi.
Untuk memasak sop buntut, saya sangat terbantu dengan adanya panci tekan (presto). Tak terbayang berapa lama waktu yang saya perlukan untuk mengempukan buntut ini bila tanpa presto. 
Resep hasil improvisasi berdasarkan hasil browsing bahwa rempah utama yang digunakan untuk masakan ini adalah bunga lawang (Sternanis), cengkeh dan pala bubuk. 





Bahan:
1 kg buntut sapi yang sudah dipotong2
1 buah bawang bombay, kupas, biarkan utuh
1 buah wortel, cuci bersih, biarkan utuh tanpa dikupas kulitnya
Daun prei (Porree), buang bagian bawahnya. potong menjadi dua.
1,5L air

Pelengkap:
1 buah wortel, kupas, iris bulat
1 buah kentang, kupas, potong kotak
tomat, belah 4
daun bawang iris
emping goreng

Bumbu:
4 sdm bumbu dasar (bawang merah & bawang putih)
5 buah bunga lawang
5 buah cengkeh
1/2 sdt pala bubuk
Merica, garam dan gula pasir secukupnya
minyak untuk menumis

Cara:
1. didihkan air bersama bawang bombay, porree dan wortel utuh. Masukkan buntut sapi ke dalam presto. Masak selama 15 menit setelah tombol ke dua naik (saya memakai presto merk WMF). setelah matang, buang bawang bombay, porree dan wortel tersebut.
2. tumis bumbu, bersama rempah2. masukkan ke dalam rebusan, bersama wortel dan kentang yang sudah dipotong. rebus sampai wortel dan kentang matang. 
3. beri merica, garam dan gula pasir secukupnya. sajikan dengan irisan tomat, daun bawang  dan emping.

2 comments:

  1. Iseng cari resep sop buntut malah ketemu blognya Mama Alysha :) Resepnya cukup lengkap, inspiratif. Alamat besok belanja macam2, buat bahan eksperimen. TQ for sharing. Salam dari Heilbronn.

    ReplyDelete
  2. Heheh.. sama2, Mama Aliana. terima kasih sudah berkunjung dan selamat mencoba. Salam dari Bonn :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...